Para pakar ekonomi memperingatkan meningkatnya risiko perang dagang baru antara Amerika Serikat (AS) dan mitra-mitra dagang utamanya, termasuk China, Uni Eropa, dan Kanada. Ketegangan ini muncul setelah AS mulai mempertimbangkan tarif baru serta kebijakan perdagangan yang lebih proteksionis untuk melindungi industri dalam negeri.

1. AS Perketat Kebijakan Perdagangan

Pemerintahan AS mengisyaratkan langkah-langkah perdagangan yang lebih ketat terhadap negara-negara mitra. Washington berencana menaikkan tarif impor pada sektor-sektor tertentu, seperti teknologi, otomotif, dan baja. Kebijakan ini bertujuan memperkuat industri domestik, tetapi bisa memicu respons balik dari negara-negara yang terkena dampaknya.

2. Respons Mitra Dagang AS

China dan Uni Eropa mulai menyiapkan langkah balasan dengan memberlakukan tarif pada produk-produk AS. Kanada juga mengecam kebijakan tarif AS dan mempertimbangkan kebijakan serupa untuk melindungi ekonominya. Para pemimpin perdagangan global khawatir bahwa kebijakan saling balas ini dapat mengganggu stabilitas ekonomi dunia.

3. Dampak terhadap Ekonomi Global

Pakar ekonomi menilai perang dagang akan berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi global. Tarif yang lebih tinggi berpotensi meningkatkan harga barang dan menghambat rantai pasok internasional. Sektor manufaktur dan ekspor di berbagai negara kemungkinan besar akan terkena dampak signifikan jika ketegangan terus meningkat.

4. Peluang Negosiasi dan Diplomasi

Meski situasi memanas, beberapa negara masih membuka peluang dialog untuk mencegah eskalasi lebih lanjut. Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mendorong solusi diplomatik agar perselisihan dagang tidak merugikan ekonomi global. Sejumlah analis juga menyarankan pendekatan kompromi agar semua pihak tetap mendapatkan keuntungan dari perdagangan internasional.

Ketegangan perdagangan antara AS dan mitra utamanya terus meningkat, memicu kekhawatiran akan perang dagang baru. Jika kebijakan proteksionis terus berlanjut tanpa solusi diplomatik, ekonomi global bisa mengalami tekanan yang lebih besar. Para pakar mendorong negosiasi segera dilakukan untuk menghindari dampak buruk yang lebih luas.