Pada tahun 2025, negara-negara berkembang terlibat dalam perdebatan sengit mengenai prioritas antara inovasi dan proteksionisme. Di satu sisi, beberapa negara berargumen bahwa inovasi adalah kunci untuk mencapai pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Dengan demikian, mereka mendorong investasi dalam penelitian dan pengembangan serta mengadopsi teknologi baru untuk mendorong transformasi ekonomi.
Misalnya, negara-negara ini memfasilitasi ekosistem startup yang dinamis dan mendukung pendidikan teknologi untuk menciptakan tenaga kerja terampil. Mereka percaya bahwa dengan membuka pasar, mereka dapat menarik investasi asing dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Akibatnya, mereka cenderung menerapkan kebijakan yang mendorong keterbukaan dan kerjasama internasional.
Sebaliknya, di sisi lain, beberapa negara lebih condong pada proteksionisme sebagai strategi untuk melindungi industri domestik. Mereka berpendapat bahwa perlindungan terhadap pasar lokal diperlukan untuk memberi waktu bagi industri dalam negeri untuk tumbuh dan bersaing. Sebagai contoh, negara-negara ini menerapkan tarif tinggi dan regulasi ketat terhadap impor untuk melindungi produsen lokal.
Selain itu, proteksionisme dianggap penting oleh negara-negara ini untuk mempertahankan kestabilan ekonomi dan melindungi lapangan kerja. Mereka khawatir bahwa terbuka terhadap pasar global tanpa perlindungan memadai dapat mengancam keberlangsungan industri lokal dan menyebabkan ketergantungan pada produk luar negeri.
Namun demikian, debat ini menciptakan ketegangan di antara negara-negara berkembang. Beberapa negara mencoba menemukan keseimbangan antara inovasi dan proteksionisme, dengan mengadopsi pendekatan hibrida. Pendekatan ini memungkinkan mereka melindungi industri lokal sambil tetap mendorong inovasi. Oleh karena itu, dialog dan kerjasama internasional menjadi penting untuk menemukan solusi yang saling menguntungkan.
Dengan demikian, perdebatan antara inovasi dan proteksionisme di negara-negara berkembang menyoroti tantangan dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Melalui dialog dan kebijakan yang seimbang, negara-negara ini dapat mengoptimalkan potensi ekonomi mereka dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.